DARI manakah sebenarnya asal usul orang Bugis yang kini bermukim di Afrika Selatan? Dari Malaysia atau dari Makassar?
Pertanyaan itulah yang dibawa Duta Besar Afrika Selatan untuk
Indonesia Graffits Memela ketika bertemu Gubernur Sulawesi Selatan
Syahrul Yasin Limpo dalam kunjungannya ke Sulsel, Senin (12/5) malam.
Sebab, menurut Graffits, selama ini ada anggapan bahwa orang Bugis di
negaranya berasal dari Male (Malaysia). Sementara itu, pemerintah Sulsel
menyatakan orang Bugis di Afrika itu berasal dari Sulsel.
“Mana yang benar?” Begitu kira-kira pertanyaan yang dilontarkan
Graffits kepada Syahrul Limpo dalam pertemuan silaturahmi kedua pejabat
di rumah jabatan Gubernur Syahrul.
Menjawab keraguan Graffits itu, Syahrul yang baru sebulan dilantik
sebagai Gubernur Sulsel periode 2008-2013 menegaskan bahwa orang Bugis
Makassar di Afrika adalah keturunan Syeh Yusuf, ulama dan pejuang yang
berasal dari Sulawesi Selatan yang dibuang pemerintah Belanda ke negara
itu pada abad ke-16.
“Syekh Yusuf adalah keturunan Raja Gowa (Sulsel) yang diasingkan
pemerintah Belanda ke Afrika yang kemudian mengajarkan agama Islam
sekaligus berjuang membela Afrika dari penindasan penjajah di negara
tersebut,” katanya. Lalu, dari hasil perkawinan pengikut Syekh Yusuf
inilah berkembang keturunan orang Bugis Makassar hingga saat ini di
Afrika.
Bahkan, tambah Syahrul, kuburan ulama kharismatik dan pejuang dari
Gowa itu ada di Afrika dan di kabupaten Gowa, Sulsel. Ini membuktikan
bahwa hubungan darah antara rakyat Afrika dan Indonesia khususnya Gowa
sudah menyatu sehingga perlu dijalin kerjasama budaya dan pendidikan di
negara itu.
Kerja sama pembangunan
Pertemuan Syahrul-Graffis itu sendiri dilakukan dalam kaitan rencana
pembangunan arsitektur rumah adat Balla Lompoa di Cape Town oleh Pemprov
Sulsel pada tahun 2009 nanti. Graffits sendiri berharap agar
pembangunan miniatur balla lompoa di negaranya termasuk bangunan
perpustakaan serta duplikat benda-benda bersejarah dan budaya orang
Bugis-Makassar itu segera direalisasikan.
Dalam pembicaraan singkat sebelum dijamu makan malam bersama isteri
dan sejumlah rombongan yang menyertainya, Dubes Arfika Graffits
menambahkan bahwa negaranya juga akan membangun pendidikan di Afrika
Selatan supaya masyarakat bisa berbahasa Indonesia dan mengenal lebih
dekat budaya Indonesia khususnya budaya Sulawesi Selatan.
“Pemerintah Afrika dan Indonesia sudah menandatangani kerja sama
(MoU) bidang pendidikan dan kebudayaan saat Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono berkunjung ke Afrika tahun lalu,” ungkapnya.
Syahrul didampingi Bupati Gowa, Ichsan Yasin Limpo menambahkan bahwa
rencana pembangunan Balla Lompoa dan perpustakaan di Cape Town akan
direalisasikan tahun 2009 sebagai perwujudan sejarah antara pemerintah
Indonesia (Sulsel) dan pemerintah Afrika.
“Bahan bangunan arsitek miniatur Balla Lompoa akan diangkut kapal
laut yang dimasukkan dalam kontainer ke negara tersebut,” ungkapnya.
Sumber : Antara
Sumber : Antara
0 komentar:
Posting Komentar